kkumpulan doa doa islami
Sunday, November 12, 2017

amalan ahli sorga

1
.Baca selalu ayat kursi habis salat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda
ﻣَﻦْ ﻗَﺮَﺃَ ﺁﻳَﺔَ ﺍﻟْﻜُﺮْﺳِﻲ ﺩُﺑُﺮَ ﻛُﻞِّ ﺻَﻼَﺓٍ ﻟَﻢْ ﻳَﻤْﻨَﻌُﻪُ ﻣِﻦْ ﺩُﺧُﻮْﻝِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻥْ ﻳَﻤُﻮْﺕَ
“Barangsiapa yang membaca Ayat Kursi setiap selesai shalat, maka tidak ada yang dapat menghalanginya untuk masuk surga kecuali jika dia mati.” (HR an-Nasaa’i dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani)
Maksudnya adalah jika dia mati, dia akan masuk surga dengan rahmat dan karunia Allah ‘Azza wa Jalla.
2.Shalat Sunnah 2 Raka’at Setelah Wudhu
Amalan inilah yang dirutinkan oleh sahabat Bilal yang telah menjadikannya sebagai penghuni surga dengan kesaksian dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam
ﻳَﺎ ﺑِﻼََﻝُ ﺣَﺪِّﺛْﻨِﻲ ﺑِﺄَﺭْﺟَﻰ ﻋَﻤَﻞٍ ﻋَﻤِﻠْﺘَﻪُ ﻓِﻲ ﺍﻹِﺳْﻼَﻡِ ﻓَﺈِﻧِّﻲ ﺳَﻤِﻌْﺖُ ﺩُﻑَّ ﻧَﻌْﻠَﻴْﻚَ ﺑَﻴْﻦَ ﻳَﺪَﻱَّ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻗَﺎﻝَ ﻣَﺎ ﻋَﻤِﻠْﺖُ ﻋَﻤَﻼً ﺃَﺭْﺟَﻰ ﻋِﻨْﺪِﻱ ﺃَﻧِّﻲ ﻟَﻢْ ﺃَﺗَﻄَﻬَّﺮْ ﻃُﻬُﻮْﺭًﺍ ﻓِﻲ ﺳَﺎﻋَﺔِ ﻟَﻴْﻞٍ ﺃَﻭْ ﻧَﻬَﺎﺭٍ ﺇِﻻَّ ﺻَﻠَّﻴْﺖُ ﺑِﺬَﻟِﻚَ ﺍﻟﻄَّﻬُﻮْﺭِ ﻣَﺎ ﻛُﺘِﺐَ ﻟِﻲ ﺃَﻥْ ﺃُﺻَﻠِّﻲ
Abu Hurairah Radhiyallahu anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Bilal radhiyallahu anhu setelah shalat fajar, “Wahai Bilal, ceritakanlah kepadaku amalanmu dalam Islam yang paling engkau harapkan. Karena sesungguhnya aku mendengar suara terompahmu di hadapanku dalam surga.” Bilal berkata, ”Tidaklah aku mengamalkan suatu amalan yang lebih aku harapkan melainkan setiap kali aku bersuci pada malam atau siang hari aku selalu mengerjakan shalat yang bisa aku lakukan.” (HR Al-Bukhari no 1149 dan Muslim no 2458)
3.Hapal asmaul khusna
عَنۡ اَبِيۡ هُرَیۡرَۃَ قَالَ قَالَ رَسُلُ ﷲ (صلعم) اِنَّ لِلَّهِ تَعَالَي تِسۡعَۃً وَ تِسۡعِيۡنَ اۡسمًا مَنۡ اَحۡصَاهَا دَخَلَ الۡجََنَّۃَ ....... رَوَهُ تِرۡمِذِ
......"dari abi hurairota berkata,bersabda rasulullah saw :sesungguhnya bagi allah yg maha tinggi 99 nama(punya nama 99) barang siapa yg hapal masuk sorga...........rowahu tirmizi
awal dan ahir hadisnya masih panjang ini cuplikan hadis tengahnya saja
4. Menyiarkan salam
Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,( ﺃَﻓْﺸُﻮْﺍ ﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡَ ) “Sebarkanlah salam.”
Sebarkanlah salam di antara kalian ! Jika engkau melewati saudaramu, ucapkanlah salam kepadanya ! Dan jika dia yang memulai salam kepadamu, maka jawablah salamnya, Allâh Azza wa Jalla berfirman :
ﻭَﺇِﺫَﺍ ﺣُﻴِّﻴﺘُﻢْ ﺑِﺘَﺤِﻴَّﺔٍ ﻓَﺤَﻴُّﻮﺍ ﺑِﺄَﺣْﺴَﻦَ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﺃَﻭْ ﺭُﺩُّﻭﻫَﺎ
Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (penghormatan itu, yang sepadan) dengannya…” [an-Nisâ’/4:86]
Menyebarkan salam itu akan menumbuhkan rasa cinta diantara manusia. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ﻟَﺎ ﺗَﺪْﺧُﻠُﻮْﻥَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﺣَﺘَّﻰ ﺗُﺆْﻣِﻨُﻮْﺍ ، ﻭَﻟَﺎ ﺗُﺆْﻣِﻨُﻮْﺍ ﺣَﺘَّﻰ ﺗَﺤَﺎﺑُّﻮْﺍ ، ﺃَﻭَﻟَﺎ ﺃَﺩُﻟُّﻜُﻢْ ﻋَﻠَﻰ ﺷَﻲْﺀٍ ﺇِﺫَﺍ ﻓَﻌَﻠْﺘُﻤُﻮْﻩُ ﺗَﺤَﺎﺑَﺒْﺘُﻢْ ؟ ﺃَﻓْﺸُﻮْﺍ ﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡَ ﺑَﻴْﻨَﻜُﻢْ
Tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian kerjakan maka kalian akan saling mencintai ? Sebarkanlah salam di antara kalian[2].
Karena menyebarkan salam itu menimbulkan rasa cinta, maka sebaliknya meninggalkan salam akan menyebabkan kesedihan. Ini sesuatu yang lumrah pada diri manusia. Jika ada orang yang lewat dan mengucapkan salam kepadamu maka engkau akan merasa senang dan cinta. Namun, jika yang lewat itu tanpa mengucapkan salam, maka engkau akan merasa ragu terhadapnya. Fakta ini menunjukkan bahwa salam memiliki urgensi yang tinggi. Dalam sebuah hadits disebutkan, “Ada seorang yang bertanya kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ‘Wahai Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Islam yang bagaimanakah yang paling baik ?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab :
ﺗُﻄْﻌِﻢُ ﺍﻟﻄَّﻌَﺎﻡَ ، ﻭَﺗَﻘْﺮَﺃُ ﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡَ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﻦْ ﻋَﺮَﻓْﺖَ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﻣَﻦْ ﻟَﻢْ ﺗَﻌْﺮِﻑْ .
Engkau memberi makan dan engkau mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenal maupun yang tidak kenal.”[3]
Salam juga merupakan hak seorang muslim atas muslim lainnya, sebagaimana dijelaskan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Makna Menyebarkan Salam
Menyebarkan salam maksudnya selalu mengucapkannya setiap kali bertemu atau berjumpa meskipun sudah mengucapkan salam saat perjumpaan sebelumnya. Seorang Muslim yang tidak mau mengucapkan salam setiap kali bertemu dianggap bakhil. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ﺃَﻋْﺠَﺰُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻣَﻦْ ﻋَﺠِﺰَ ﻓِﻲْ ﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀِ ﻭَﺃَﺑْﺨَﻞُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻣَﻦْ ﺑَﺨِﻞَ ﺑِﺎﻟﺴَّﻼَﻡِ .
Selemah-lemah manusia adalah orang yang lemah (malas) berdo’a kepada Allâh, dan sebakhil-bakhil manusia adalah orang yang bakhil mengucapkan salam[4].
Zaman sekarang ini ummat Islam sudah mulai jarang mengucapkan salam. Sebagian mereka beranggapan bahwa tadi sudah berjumpa dan sudah mengucapkan salam, maka apabila berjumpa lagi dalam waktu 20 menit atau 30 menit tidak perlu lagi mengucapkan salam. Padahal, teladan (contoh) dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Shahabatnya tidak demikian. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Shahabat g apabila berjumpa, mereka saling mengucapkan salam, meskipun sudah mengucapkannya pada pertemuan sebelumnya.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ﺇِﺫَﺍ ﻟَﻘِﻲَ ﺃَﺣَﺪُﻛَﻢْ ﺃَﺧَﺎﻩُ ﻓَﻠْﻴُﺴَﻠِّﻢْ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ، ﻓَﺈِﻥْ ﺣَﺎﻟَﺖْ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻤَﺎ ﺷَﺠَﺮَﺓٌ ﺃَﻭْ ﺟِﺪَﺍﺭٌ ﺃَﻭْ ﺣَﺠَﺮٌ ﺛُﻢَّ ﻟَﻘِﻴَﻪُ ﻓَﻠْﻴُﺴَﻠِّﻢْ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺃَﻳْﻀًﺎ
Apabila salah seorang dari kalian berjumpa dengan saudaranya sesama Muslim, hendaklah ia mengucapkan salam kepadanya ! Kemudian apabila keduanya terhalang pohon atau tembok atau batu lantas berjumpa lagi, maka hendaklah ia mengucapkan salam lagi[5].
Hadits ini dengan sangat gamblang menganjurkan salam kendati pun ia sudah mengucapkannya pada pertemuan sebelumnya. Hadits ini tidak membatasi hanya sekali salam, justru hadits ini menganjurkan agar setiap Muslim mengucapkan salam berkali-kali, karena ini merupakan kebaikan. Itulah yang dimaksud dengan ifsyâ-us salâm (menyebarkan salam).
Praktek menyebarkan salam seperti ini juga telah dicontohkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabatnya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Anas bin Malik Radhiyallahu anhu mengatakan :
ﻛُﻨَّﺎ ﺇِﺫَﺍ ﻛُﻨَّﺎ ﻣَﻊَ ﺭَﺳُﻮْﻝِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻓَﺘُﻔَﺮِّﻕُ ﺑَﻴْﻨَﻨَﺎ ﺍﻟﺸَّﺠَﺮَﺓُ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺍﻟْﺘَﻘَﻴْﻨَﺎ ﺳَﻠَّﻢَ ﺑَﻌْﻀُﻨَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺑَﻌْﺾٍ
Kami (para shahabat) apabila berjalan bersama Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu kami terhalang oleh pohon lantas kami bertemu lagi, maka sebagian dari kami mengucapkan salam kepada sebagian lainnya.[6]
Hadits lain yang menjadi penguat hadits di atas adalah hadits yang sudah mayhur tentang seorang shahabat yang tidak thuma’ninah dalam shalatnya. Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata, “Sesungguhnya Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memasuki masjid kemudian masuklah seorang laki-laki lantas mengerjakan shalat. Seusai shalat, ia mengucapkan salam kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Beliau pun menjawab salamnya, lalu bersabda, ‘Ulangi shalatmu! Karena sesungguhnya engkau belum shalat.’ Kemudian ia pun mengulangi shalatnya seperti sebelumnya. Seusai shalat, ia pun kembali mendatangi Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengucapkan salam kepada beliau… (hal ini dilakukannya hingga tiga kali).”[7]
Apabila umat Islam ini memahami dan menyadari betapa pentingnya ifsyâ-us salâm (menyebarkan salam), insya Allâh akan terwujud rasa saling menyayangi dan mencintai sesama kaum Muslimin.
Salam merupakan cara untuk memulihkan hubungan yang tidak baik sesama Muslim. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ﻻَ ﻳَﺤِﻞُّ ﻟِﻤُﺴْﻠِﻢٍ ﺃَﻥْ ﻳَﻬْﺠُﺮَ ﺃَﺧَﺎﻩُ ﻓَﻮْﻕَ ﺛَﻼَﺙِ ﻟَﻴَﺎﻝٍ . ﻳَﻠْﺘَﻘِﻴَﺎﻥِ ﻓَﻴُﻌْﺮِﺽُ ﻫَﺬَﺍ ﻭَﻳُﻌْﺮِﺽُ ﻫَﺬَﺍ ، ﻭَﺧَﻴْﺮُﻫُﻤَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﻟَﻴَﺒْﺪَﺃُ ﺑِﺎﻟﺴَّﻼَﻡِ
Tidak halal seorang Muslim tidak bertegur sapa dengan saudaranya selama tiga malam, keduanya bertemu lalu yang ini berpaling dan yang itu pun berpaling. Akan tetapi orang yang terbaik dari keduanya adalah yang terlebih dahulu mengucapkan salam.[8]
Di atas sudah diterangkan bahwa mengucapkan salam yang diperintahkan tidak hanya terbatas satu kali, akan tetapi berkali-kali setiap kali bertemu.
Misalnya.
                                                                amalan ahli neraka
Pertama : Seorang karyawan Muslim ber
temu dengan karyawan lainnya yang Muslim, maka hendaklah ia mengucapkan salam, ketika masuk maupun keluar kantor.
Kedua : Seorang ustadz bertemu dengan ustadz lainnya dalam satu sekolah atau dalam lembaga-lembaga dakwah, hendaklah selalu mengucapkan salam, meskipun beberapa kali bertemu.
Ketiga : Seorang ustadz atau guru hendaklah mengucapkan salam ketika masuk ke kelas, dan ketika keluar pun hendaklah ia mengucapkan salam.
Keempat, seseorang sampai dalam satu majlis hendaklah mengucapkan salam, dan ketika telah usai atau ia meninggalkannya hendaklah ia pun mengucapkan salam.[9]
Kelima : Seseorang yang masuk ke masjid atau mushalla atau surau hendaklah mengucapkan salam meskipun di dalamnya ada orang yang sedang shalat, atau ada yang sedang membaca al-Qur-an, atau ada yang sedang berdzikir. Sebab, para shahabat juga mengucapkan salam kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam padahal ketika itu beliau sedang shalat. Lantas, beliau pun menjawabnya dengan isyarat. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berkata-kata karena dalam shalat dilarang berkata-kata selain dzikir, tasbîh, dan membaca ayat al-Qur’ân.[10]
Tentang penyebutan isyarat dalam hadits tersebut, hal itu dilakukan dalam shalat. Adapun di luar shalat, isyarat tersebut tidak diperbolehkan karena menyerupai perbuatan Yahudi, kecuali, apabila diiringi dengan salam.
Keenam : Seorang anak, ibu, atau bapak yang hendak masuk rumah hendaklah mengucapkan salam, demikian pula ketika keluar rumah.
Ketujuh : Seorang pedagang hendaklah mengucapkan salam kepada pedagang Muslim lainnya, atau seorang pembeli hendaklah mengucapkan salam kepada pedagang-pedagang Muslim lainnya yang ada di pasar. Hal ini sebagaimana riwayat dari shahabat Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma.
Dari Thufail bin Ubay bin Ka’ab Radhiyallahu anhu, suatu ketika ia mendatangi ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu anhuma, kemudian ia berjalan bersamanya ke pasar. Thufail berkata, “Setiap kali ia bertemu dengan tukang loak (pedagang barang bekas), pedagang, orang miskin, atau siapa saja, ia selalu mengucapkan salam.” Thufail melanjutkan, “Suatu hari aku datang lagi ke rumah Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma, lalu ia ingin ikut menemaniku ke pasar. Aku pun bertanya, ’Apa yang engkau kerjakan di pasar sedangkan engkau tidak berjual beli, tidak menanyakan harga barang-barang, dan tidak pula mau duduk-duduk di pasar.’ Aku melanjutkan, ‘Sebaiknya kita duduk-duduk saja disini sambil bercakap-cakap.’ Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma langsung menjawab, ‘Wahai Abu Bathn[11] , sesungguhnya kita pergi ke pasar semata-mata hanya ingin mengucapkan salam saja, yaitu kita ucapkan salam kepada kaum Muslimin mana saja yang kita jumpai.’”[12]
Ucapan salam adalah kalimat yang disenangi oleh Allâh Azza wa Jalla , Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman. Apabila kalimat salam diucapkan oleh kaum Muslimin setiap saat, setiap waktu, setiap hari, maka insya Allâh ummat Islam ini akan selamat dari penyakit-penyakit hati dan ummat Islam akan mempunyai ‘izzah (harga diri) di hadapan ummat-ummat yang lain. Oleh karena itu, kita harus berupaya menyebarkan salam dan menghidupkan sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini agar kita selamat 

dimohon saranya terimakasih